Login Registrar-se

Gara-gara Perlakuan terhadap Wasit, Barito Putera Didenda Hingga Rp 70 Juta

Gara gara Perlakuan terhadap Wasit Barito Putera Didenda Hingga Rp 70 Juta

Pengantar: Skandal Perlakuan terhadap Wasit di Liga 1 Indonesia

Sepak bola Indonesia kembali diwarnai oleh insiden yang memprihatinkan, yaitu perlakuan tidak sportif dan kurangnya respek dari sejumlah ofisial tim terhadap wasit selama pertandingan Liga 1 dan Liga 2 2018. Kejadian ini menimbulkan perhatian serius dari Komisi Disiplin (Komdis) PSSI, yang akhirnya menjatuhkan sanksi berupa denda kepada beberapa klub, termasuk Barito Putera. Peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya menjaga sportivitas dan profesionalisme di lapangan, demi kelangsungan sepak bola nasional yang sehat dan berintegritas. Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai insiden tersebut, hukuman yang dijatuhkan, serta dampaknya terhadap klub dan sepak bola Indonesia secara umum.

Kejadian dan Hukuman Terbaru untuk Barito Putera

Insiden perlakuan tidak sopan dari ofisial tim terhadap wasit terjadi dalam dua pertandingan penting yang melibatkan Barito Putera saat kompetisi Liga 1 2018. Pertandingan pertama berlangsung saat Laskar Antasari menjamu Bali United di Stadion 17 Mei, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada 18 September 2018. Sedangkan pertandingan kedua berlangsung saat mereka bertandang ke markas Bhayangkara FC di Jakarta, pada 22 September 2018. Kedua laga ini menjadi pusat perhatian karena adanya insiden yang melibatkan sikap tidak respek dari staf dan pelatih tim terhadap keputusan wasit, yang berujung pada sanksi denda dari Komdis PSSI.

Hasil sidang Komdis PSSI pada Senin, 1 September 2018, menetapkan sejumlah keputusan disiplin terhadap tim-tim peserta Liga 1 dan Liga 2, termasuk Barito Putera. Secara keseluruhan, Barito dikenai denda sebesar Rp 70 juta akibat perilaku tidak sportif dari beberapa ofisialnya selama pertandingan tersebut. Hukuman ini merupakan salah satu bentuk penegakan disiplin agar pertandingan sepak bola di Indonesia berlangsung secara fair dan sesuai regulasi.

Analisis Perilaku Offisial dan Dampaknya terhadap Tim

Perilaku tidak profesional dari ofisial Barito Putera saat pertandingan tersebut sangat disorot. Pada laga menghadapi Bali United, pelatih Jacksen F. Tiago terlibat dalam protes keras terhadap keputusan wasit, bahkan sampai menyentuh badan wasit, yang secara tegas melanggar kode etik pertandingan. Atas tindakan ini, Jacksen dikenai sanksi denda sebesar Rp 45 juta. Selain itu, dua ofisial lainnya, Victor Goulart da Silva Tinio dan Felipe Martins Goncalves, mendapatkan teguran keras karena melakukan protes berlebihan terhadap wasit, meskipun mereka tidak sampai dikenai denda.

Tak hanya itu, perilaku manajer tim, Hasnuryadi Sulaeman, juga menjadi sorotan. Ia terbukti mencemooh wasit dengan kata-kata kasar di stadion PTIK, Jakarta Selatan, saat timnya bertandang ke markas Bhayangkara FC. Akibat tindakan ini, ia dikenai denda sebesar Rp 25 juta, sehingga total denda yang harus dibayar oleh Barito Putera mencapai Rp 70 juta. Perilaku ini tidak hanya mencoreng citra klub, tetapi juga berpotensi mempengaruhi moral pemain dan reputasi sepak bola Indonesia secara keseluruhan.

Dampak Denda dan Implikasi untuk Klub Liga 1 Indonesia

Selain sanksi finansial, insiden ini menimbulkan efek jangka panjang terhadap klub yang terlibat. Denda Rp 70 juta yang harus dibayar Barito Putera menjadi beban tambahan yang harus dipikul, apalagi dalam konteks kompetisi yang semakin ketat. Sanksi ini juga berfungsi sebagai peringatan keras agar klub dan ofisial lebih menjaga sikap dan profesionalisme selama pertandingan, khususnya dalam menghadapi tekanan dan situasi yang emosional di lapangan.

Lebih dari itu, kejadian ini menimbulkan kekhawatiran akan menurunnya citra sepak bola Indonesia di mata penggemar dan stakeholder internasional. Penegakan disiplin yang tegas oleh PSSI diharapkan mampu meningkatkan kualitas pertandingan dan mewujudkan suasana kompetisi yang sportif. Dengan demikian, setiap klub harus lebih berhati-hati dan mengedepankan sportivitas demi menjaga marwah sepak bola nasional yang bersih dari perilaku tidak pantas.

Peran Komisi Disiplin PSSI dalam Menegakkan Regulasi

Komisi Disiplin (Komdis) PSSI memiliki peran penting dalam menjaga integritas kompetisi sepak bola Indonesia. Melalui proses sidang dan penilaian yang objektif, Komdis mampu menjatuhkan sanksi tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh klub maupun individu. Kasus Barito Putera ini menjadi salah satu contoh nyata dari keberanian dan ketegasan Komdis dalam menegakkan aturan, sehingga diharapkan dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak yang terlibat dalam sepak bola Indonesia.

Selain memberikan sanksi, Komdis juga berperan dalam memberikan edukasi dan pembinaan agar ofisial dan pemain memahami pentingnya sikap sportif dan profesionalisme. Pengawasan lebih ketat terhadap perilaku di lapangan diharapkan mampu mencegah insiden serupa di masa mendatang, demi terciptanya kompetisi yang adil dan berintegritas.

Penutup: Membangun Sportivitas di Sepak Bola Indonesia

Insiden perlakuan tidak sopan terhadap wasit yang dilakukan oleh sejumlah ofisial Barito Putera menjadi pengingat bahwa sportivitas harus dijunjung tinggi dalam setiap pertandingan sepak bola. Denda sebesar Rp 70 juta yang dikenakan oleh PSSI merupakan bentuk komitmen tegas dalam menegakkan regulasi dan menanamkan budaya disiplin di kalangan klub dan ofisial. Membangun sepak bola Indonesia yang bersih, profesional, dan berintegritas memang membutuhkan kerja sama dari semua pihak, mulai dari klub, pemain, ofisial, hingga pengelola liga.

Ke depan, diharapkan setiap pertandingan di Indonesia mampu berjalan dengan fair play, menghormati keputusan wasit, dan menjunjung tinggi sportivitas. Dengan begitu, sepak bola Indonesia tidak hanya akan menjadi hiburan yang menyenangkan, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai luhur yang seharusnya dimiliki oleh setiap insan olahraga.

Scroll to Top